Tahukah Anda apa sebagai ambisi paling utama Nabi Muhammad shollallahu 'alaih wa sallam sepanjang hidupnya didunia? Beliau tak berambisi untuk jadi orang kaya, maupun jadi penguasa atau raja terlebih jadi selebritis atau artis. Sekalipun tidak! Sebagai ambisi serta konsentrasi perhatian beliau yaitu bagaimana manusia didunia jadi orang beriman hingga selamat didunia serta di akhirat.
Bilamana Nabi Muhammad shollallahu 'alaih wa sallam berinteraksi dengan beberapa sahabatnya yang sudah masuk Islam jadi orang beriman, jadi sebisa-bisanya beliau bakal mengingatkan mereka supaya mensyukuri n!kmat iman-Islamnya hingga keimanan mereka pada Allah subhaanahu wa ta'aala semakin bertambah. Apabila beliau berinteraksi dengan orang bukanlah muslim, jadi sebisa-bisanya dengan penuh cinta beliau ajak orang itu mem3luk agama Allah subhaanahu wa ta'aala supaya selamat didunia serta di akhirat. Beliau tak pernah melupakan peluang untuk berda'wah. Sebab beliau adalah rahmat untuk semesta alam.
وَمَا أَر�'سَل�'نَاكَ إِلَّا رَح�'مَةً لِل�'عَالَمِينَ
" Serta tidaklah kami mengutus engkau (Muhammad shollallahu 'alaih wa sallam) tetapi supaya jadi rahmat untuk semesta alam. " (QS Al-Anbiyaa 107)
Nabi Muhammad shollallahu 'alaih wa sallam tak pernah berpikir supaya dianya yang rasakan manisnya iman-Islam. Beliau begitu menginginkan sharing kesenangan rahmat Allah subhaanahu wa ta'aala berbarengan orang lain. Beliau tak pernah berpretensi kalau dianya semata yang memiliki hak masuk surga. Namun beliau ajak sebanyak-banyaknya manusia supaya bersama dirinya nikmati jannah.
" Sebenarnya sudah datang padamu seseorang rasul dari kaummu sendiri, berat merasa olehnya penderitaanmu, begitu inginkan (keimanan serta keselamatan) bagimu, sangat belas kasihan lagi penyayang pada beberapa orang mu'min. " (QS At-Taubah 128)
Sungguh, kita masihlah begitu jauh dari meneladani sikap beliau. Kita masihlah sangat ahli dalam memberi bermacam argumen untuk mengabaikan perintah Allah subhaanahu wa ta'aala, yaitu berda'wah mengajak manusia ke jalan lurus Al-Islam. Kita masihlah membiarkan diri jadi orang egois yang menginginkan masuk surga sendirian serta tak perduli dengan orang lain. Terlebih bila orang lain itu yaitu orang nonmuslim. Terkadang kita berasumsi " biarkanlah orang kaf!r masuk ner4ka. " Na'udzubillahi min dzaalika. Dengan dalih toleransi kita biarlah rekan kerja, tetangga bahkan juga saudara kita sendiri, yang kebetulan non-muslim, tetaplah hidup dalam kesesatan diluar agama Allah subhaanahu wa ta'aala.
Penulis teringat sepuluh th. waktu lalu berteman dengan seseorang muslim bule berkebangsaan Australia tinggal di Jakarta. Ketika itu ia mengemukakan pengalaman pribadinya. Ia berkata : “Sebelum masuk Islam, saya telah miliki banyak kenalan orang Indonesia… namun sayang, pak Ihsan, tak ada seseorangpun kawan saya waktu itu yang pernah mengajak saya masuk Islam. Saya masuk Islam, Alhamdulillah, lantaran saya suka membaca… sampai saya bersua dengan Al-Qur'an terjemahan bhs Inggris…lalu peroleh hidayah dari Allah subhaanahu wa ta'aala. "
Waktu itu penulis sekalipun tak mempunyai pretensi apa pun atas ungkapan si kawan muslim Australia itu. Tetapi sesudah ikuti perjalanan da'wah serta mencermati keadaan ummat Islam di negeri terkasih, pada akhirnya kami hingga disuatu rangkuman kalau apa yang dihadapi kawan bule itu bukanlah adalah satu masalah spesial. Nampaknya tersebut deskripsi biasanya keadaan kita ummat Islam di Indonesia dalam mensikapi orang diluar Islam. Kita tak pernah terfikir untuk mengajak mereka beriman bersama kita.
Sampai kini kita berasumsi kalau yang namanya aktivitas da'wah yaitu hanya aktivitas tausyiah antar sesama muslim. Tersebut penyebabnya apabila kata " da'wah " terdengar, jadi yang selekasnya terbayang yaitu aktivitas Khutbah Jum'at atau Tabligh Akbar atau Majelis Ta'lim di masjid. Walau sebenarnya semuanya aktivitas itu yaitu aktivitas penyampaian tausyiah dari seseorang muslim pada pendengar sesama muslim. Lantas bagaimana nasib beberapa orang diluar Islam? Apakah mereka tak memiliki hak terima nasehat serta ajakan ke jalan Allah subhaanahu wa ta'aala? Dimana bukti pernyataan kita kalau Nabi Muhammad shollallahu 'alaih wa sallam adalah teladan kita? Bila Nabi Muhammad shollallahu 'alaih wa sallam mempunyai ambisi paling utama menginginkan lihat manusia beriman supaya jadi selamat didunia serta di akhirat, lantas apa sebenarnya ambisi paling utama kita?
Walau sebenarnya ayat yang memerintahkan kita berda'wah berbentuk umum. Ia tak membatasi kita supaya cuma mengajak sesama muslim. Namun ia berbentuk terbuka. Berarti, sebaiknya siapa saja di muka bumi yang kita berinteraksi dengannya, jadi sebaiknya ia di ajak pada jalan al-haq (kebenaran) ini. Siapa saja memiliki hak rasakan manisnya iman-Islam seperti kita sampai kini merasakannya.
اد�'عُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِال�'حِك�'مَةِ وَال�'مَو�'عِظَةِ ال�'حَسَنَةِ وَجَادِل�'هُم�' بِالَّتِي هِيَ أَح�'سَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَع�'لَمُ بِمَن�' ضَلَّ عَن�' سَبِيلِهِ وَهُوَ أَع�'لَمُ بِال�'مُه�'تَدِينَ
" Serulah (manusia) pada jalan Rabb-mu dengan hikmah/arif-bijaksana/wisdom serta pelajaran yang baik serta bantahlah/beradu pendapatlah (dengan) mereka lewat cara yang baik. Sebenarnya Rabbmu Dialah yang lebih tahu mengenai siapa yang tersesat dari jalan-Nya serta Dialah yang lebih tahu beberapa orang yang memperoleh panduan. " (QS AnNahl ayat 125)
Sesudah kita ajak ke jalan Allah subhaanahu wa ta'aala, jadi bekasnya kita serahkan pada Allah. " Sebenarnya Rabbmu (Allah) lebih tahu mengenai siapa yang (akan tetaplah) terses4t dari jalan-Nya (sesudah di ajak) serta Dialah yang lebih tahu beberapa orang yang (layak) memperoleh panduan. "
eramuslim.
Bilamana Nabi Muhammad shollallahu 'alaih wa sallam berinteraksi dengan beberapa sahabatnya yang sudah masuk Islam jadi orang beriman, jadi sebisa-bisanya beliau bakal mengingatkan mereka supaya mensyukuri n!kmat iman-Islamnya hingga keimanan mereka pada Allah subhaanahu wa ta'aala semakin bertambah. Apabila beliau berinteraksi dengan orang bukanlah muslim, jadi sebisa-bisanya dengan penuh cinta beliau ajak orang itu mem3luk agama Allah subhaanahu wa ta'aala supaya selamat didunia serta di akhirat. Beliau tak pernah melupakan peluang untuk berda'wah. Sebab beliau adalah rahmat untuk semesta alam.
وَمَا أَر�'سَل�'نَاكَ إِلَّا رَح�'مَةً لِل�'عَالَمِينَ
" Serta tidaklah kami mengutus engkau (Muhammad shollallahu 'alaih wa sallam) tetapi supaya jadi rahmat untuk semesta alam. " (QS Al-Anbiyaa 107)
Nabi Muhammad shollallahu 'alaih wa sallam tak pernah berpikir supaya dianya yang rasakan manisnya iman-Islam. Beliau begitu menginginkan sharing kesenangan rahmat Allah subhaanahu wa ta'aala berbarengan orang lain. Beliau tak pernah berpretensi kalau dianya semata yang memiliki hak masuk surga. Namun beliau ajak sebanyak-banyaknya manusia supaya bersama dirinya nikmati jannah.
" Sebenarnya sudah datang padamu seseorang rasul dari kaummu sendiri, berat merasa olehnya penderitaanmu, begitu inginkan (keimanan serta keselamatan) bagimu, sangat belas kasihan lagi penyayang pada beberapa orang mu'min. " (QS At-Taubah 128)
Sungguh, kita masihlah begitu jauh dari meneladani sikap beliau. Kita masihlah sangat ahli dalam memberi bermacam argumen untuk mengabaikan perintah Allah subhaanahu wa ta'aala, yaitu berda'wah mengajak manusia ke jalan lurus Al-Islam. Kita masihlah membiarkan diri jadi orang egois yang menginginkan masuk surga sendirian serta tak perduli dengan orang lain. Terlebih bila orang lain itu yaitu orang nonmuslim. Terkadang kita berasumsi " biarkanlah orang kaf!r masuk ner4ka. " Na'udzubillahi min dzaalika. Dengan dalih toleransi kita biarlah rekan kerja, tetangga bahkan juga saudara kita sendiri, yang kebetulan non-muslim, tetaplah hidup dalam kesesatan diluar agama Allah subhaanahu wa ta'aala.
Penulis teringat sepuluh th. waktu lalu berteman dengan seseorang muslim bule berkebangsaan Australia tinggal di Jakarta. Ketika itu ia mengemukakan pengalaman pribadinya. Ia berkata : “Sebelum masuk Islam, saya telah miliki banyak kenalan orang Indonesia… namun sayang, pak Ihsan, tak ada seseorangpun kawan saya waktu itu yang pernah mengajak saya masuk Islam. Saya masuk Islam, Alhamdulillah, lantaran saya suka membaca… sampai saya bersua dengan Al-Qur'an terjemahan bhs Inggris…lalu peroleh hidayah dari Allah subhaanahu wa ta'aala. "
Waktu itu penulis sekalipun tak mempunyai pretensi apa pun atas ungkapan si kawan muslim Australia itu. Tetapi sesudah ikuti perjalanan da'wah serta mencermati keadaan ummat Islam di negeri terkasih, pada akhirnya kami hingga disuatu rangkuman kalau apa yang dihadapi kawan bule itu bukanlah adalah satu masalah spesial. Nampaknya tersebut deskripsi biasanya keadaan kita ummat Islam di Indonesia dalam mensikapi orang diluar Islam. Kita tak pernah terfikir untuk mengajak mereka beriman bersama kita.
Sampai kini kita berasumsi kalau yang namanya aktivitas da'wah yaitu hanya aktivitas tausyiah antar sesama muslim. Tersebut penyebabnya apabila kata " da'wah " terdengar, jadi yang selekasnya terbayang yaitu aktivitas Khutbah Jum'at atau Tabligh Akbar atau Majelis Ta'lim di masjid. Walau sebenarnya semuanya aktivitas itu yaitu aktivitas penyampaian tausyiah dari seseorang muslim pada pendengar sesama muslim. Lantas bagaimana nasib beberapa orang diluar Islam? Apakah mereka tak memiliki hak terima nasehat serta ajakan ke jalan Allah subhaanahu wa ta'aala? Dimana bukti pernyataan kita kalau Nabi Muhammad shollallahu 'alaih wa sallam adalah teladan kita? Bila Nabi Muhammad shollallahu 'alaih wa sallam mempunyai ambisi paling utama menginginkan lihat manusia beriman supaya jadi selamat didunia serta di akhirat, lantas apa sebenarnya ambisi paling utama kita?
Walau sebenarnya ayat yang memerintahkan kita berda'wah berbentuk umum. Ia tak membatasi kita supaya cuma mengajak sesama muslim. Namun ia berbentuk terbuka. Berarti, sebaiknya siapa saja di muka bumi yang kita berinteraksi dengannya, jadi sebaiknya ia di ajak pada jalan al-haq (kebenaran) ini. Siapa saja memiliki hak rasakan manisnya iman-Islam seperti kita sampai kini merasakannya.
اد�'عُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِال�'حِك�'مَةِ وَال�'مَو�'عِظَةِ ال�'حَسَنَةِ وَجَادِل�'هُم�' بِالَّتِي هِيَ أَح�'سَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَع�'لَمُ بِمَن�' ضَلَّ عَن�' سَبِيلِهِ وَهُوَ أَع�'لَمُ بِال�'مُه�'تَدِينَ
" Serulah (manusia) pada jalan Rabb-mu dengan hikmah/arif-bijaksana/wisdom serta pelajaran yang baik serta bantahlah/beradu pendapatlah (dengan) mereka lewat cara yang baik. Sebenarnya Rabbmu Dialah yang lebih tahu mengenai siapa yang tersesat dari jalan-Nya serta Dialah yang lebih tahu beberapa orang yang memperoleh panduan. " (QS AnNahl ayat 125)
Sesudah kita ajak ke jalan Allah subhaanahu wa ta'aala, jadi bekasnya kita serahkan pada Allah. " Sebenarnya Rabbmu (Allah) lebih tahu mengenai siapa yang (akan tetaplah) terses4t dari jalan-Nya (sesudah di ajak) serta Dialah yang lebih tahu beberapa orang yang (layak) memperoleh panduan. "
eramuslim.
Tahukah Anda apa sebagai ambisi paling utama Nabi Muhammad shollallahu 'alaih wa sallam sepanjang hidupnya didunia? Beliau tak berambisi untuk jadi orang kaya, maupun jadi penguasa atau raja terlebih jadi selebritis atau artis. Sekalipun tidak! Sebagai ambisi serta konsentrasi perhatian beliau yaitu bagaimana manusia didunia jadi orang beriman hingga selamat didunia serta di akhirat.
Bilamana Nabi Muhammad shollallahu 'alaih wa sallam berinteraksi dengan beberapa sahabatnya yang sudah masuk Islam jadi orang beriman, jadi sebisa-bisanya beliau bakal mengingatkan mereka supaya mensyukuri n!kmat iman-Islamnya hingga keimanan mereka pada Allah subhaanahu wa ta'aala semakin bertambah. Apabila beliau berinteraksi dengan orang bukanlah muslim, jadi sebisa-bisanya dengan penuh cinta beliau ajak orang itu mem3luk agama Allah subhaanahu wa ta'aala supaya selamat didunia serta di akhirat. Beliau tak pernah melupakan peluang untuk berda'wah. Sebab beliau adalah rahmat untuk semesta alam.
وَمَا أَر�'سَل�'نَاكَ إِلَّا رَح�'مَةً لِل�'عَالَمِينَ
" Serta tidaklah kami mengutus engkau (Muhammad shollallahu 'alaih wa sallam) tetapi supaya jadi rahmat untuk semesta alam. " (QS Al-Anbiyaa 107)
Nabi Muhammad shollallahu 'alaih wa sallam tak pernah berpikir supaya dianya yang rasakan manisnya iman-Islam. Beliau begitu menginginkan sharing kesenangan rahmat Allah subhaanahu wa ta'aala berbarengan orang lain. Beliau tak pernah berpretensi kalau dianya semata yang memiliki hak masuk surga. Namun beliau ajak sebanyak-banyaknya manusia supaya bersama dirinya nikmati jannah.
" Sebenarnya sudah datang padamu seseorang rasul dari kaummu sendiri, berat merasa olehnya penderitaanmu, begitu inginkan (keimanan serta keselamatan) bagimu, sangat belas kasihan lagi penyayang pada beberapa orang mu'min. " (QS At-Taubah 128)
Sungguh, kita masihlah begitu jauh dari meneladani sikap beliau. Kita masihlah sangat ahli dalam memberi bermacam argumen untuk mengabaikan perintah Allah subhaanahu wa ta'aala, yaitu berda'wah mengajak manusia ke jalan lurus Al-Islam. Kita masihlah membiarkan diri jadi orang egois yang menginginkan masuk surga sendirian serta tak perduli dengan orang lain. Terlebih bila orang lain itu yaitu orang nonmuslim. Terkadang kita berasumsi " biarkanlah orang kaf!r masuk ner4ka. " Na'udzubillahi min dzaalika. Dengan dalih toleransi kita biarlah rekan kerja, tetangga bahkan juga saudara kita sendiri, yang kebetulan non-muslim, tetaplah hidup dalam kesesatan diluar agama Allah subhaanahu wa ta'aala.
Penulis teringat sepuluh th. waktu lalu berteman dengan seseorang muslim bule berkebangsaan Australia tinggal di Jakarta. Ketika itu ia mengemukakan pengalaman pribadinya. Ia berkata : “Sebelum masuk Islam, saya telah miliki banyak kenalan orang Indonesia… namun sayang, pak Ihsan, tak ada seseorangpun kawan saya waktu itu yang pernah mengajak saya masuk Islam. Saya masuk Islam, Alhamdulillah, lantaran saya suka membaca… sampai saya bersua dengan Al-Qur'an terjemahan bhs Inggris…lalu peroleh hidayah dari Allah subhaanahu wa ta'aala. "
Waktu itu penulis sekalipun tak mempunyai pretensi apa pun atas ungkapan si kawan muslim Australia itu. Tetapi sesudah ikuti perjalanan da'wah serta mencermati keadaan ummat Islam di negeri terkasih, pada akhirnya kami hingga disuatu rangkuman kalau apa yang dihadapi kawan bule itu bukanlah adalah satu masalah spesial. Nampaknya tersebut deskripsi biasanya keadaan kita ummat Islam di Indonesia dalam mensikapi orang diluar Islam. Kita tak pernah terfikir untuk mengajak mereka beriman bersama kita.
Sampai kini kita berasumsi kalau yang namanya aktivitas da'wah yaitu hanya aktivitas tausyiah antar sesama muslim. Tersebut penyebabnya apabila kata " da'wah " terdengar, jadi yang selekasnya terbayang yaitu aktivitas Khutbah Jum'at atau Tabligh Akbar atau Majelis Ta'lim di masjid. Walau sebenarnya semuanya aktivitas itu yaitu aktivitas penyampaian tausyiah dari seseorang muslim pada pendengar sesama muslim. Lantas bagaimana nasib beberapa orang diluar Islam? Apakah mereka tak memiliki hak terima nasehat serta ajakan ke jalan Allah subhaanahu wa ta'aala? Dimana bukti pernyataan kita kalau Nabi Muhammad shollallahu 'alaih wa sallam adalah teladan kita? Bila Nabi Muhammad shollallahu 'alaih wa sallam mempunyai ambisi paling utama menginginkan lihat manusia beriman supaya jadi selamat didunia serta di akhirat, lantas apa sebenarnya ambisi paling utama kita?
Walau sebenarnya ayat yang memerintahkan kita berda'wah berbentuk umum. Ia tak membatasi kita supaya cuma mengajak sesama muslim. Namun ia berbentuk terbuka. Berarti, sebaiknya siapa saja di muka bumi yang kita berinteraksi dengannya, jadi sebaiknya ia di ajak pada jalan al-haq (kebenaran) ini. Siapa saja memiliki hak rasakan manisnya iman-Islam seperti kita sampai kini merasakannya.
اد�'عُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِال�'حِك�'مَةِ وَال�'مَو�'عِظَةِ ال�'حَسَنَةِ وَجَادِل�'هُم�' بِالَّتِي هِيَ أَح�'سَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَع�'لَمُ بِمَن�' ضَلَّ عَن�' سَبِيلِهِ وَهُوَ أَع�'لَمُ بِال�'مُه�'تَدِينَ
" Serulah (manusia) pada jalan Rabb-mu dengan hikmah/arif-bijaksana/wisdom serta pelajaran yang baik serta bantahlah/beradu pendapatlah (dengan) mereka lewat cara yang baik. Sebenarnya Rabbmu Dialah yang lebih tahu mengenai siapa yang tersesat dari jalan-Nya serta Dialah yang lebih tahu beberapa orang yang memperoleh panduan. " (QS AnNahl ayat 125)
Sesudah kita ajak ke jalan Allah subhaanahu wa ta'aala, jadi bekasnya kita serahkan pada Allah. " Sebenarnya Rabbmu (Allah) lebih tahu mengenai siapa yang (akan tetaplah) terses4t dari jalan-Nya (sesudah di ajak) serta Dialah yang lebih tahu beberapa orang yang (layak) memperoleh panduan. "
eramuslim.
Bilamana Nabi Muhammad shollallahu 'alaih wa sallam berinteraksi dengan beberapa sahabatnya yang sudah masuk Islam jadi orang beriman, jadi sebisa-bisanya beliau bakal mengingatkan mereka supaya mensyukuri n!kmat iman-Islamnya hingga keimanan mereka pada Allah subhaanahu wa ta'aala semakin bertambah. Apabila beliau berinteraksi dengan orang bukanlah muslim, jadi sebisa-bisanya dengan penuh cinta beliau ajak orang itu mem3luk agama Allah subhaanahu wa ta'aala supaya selamat didunia serta di akhirat. Beliau tak pernah melupakan peluang untuk berda'wah. Sebab beliau adalah rahmat untuk semesta alam.
وَمَا أَر�'سَل�'نَاكَ إِلَّا رَح�'مَةً لِل�'عَالَمِينَ
" Serta tidaklah kami mengutus engkau (Muhammad shollallahu 'alaih wa sallam) tetapi supaya jadi rahmat untuk semesta alam. " (QS Al-Anbiyaa 107)
Nabi Muhammad shollallahu 'alaih wa sallam tak pernah berpikir supaya dianya yang rasakan manisnya iman-Islam. Beliau begitu menginginkan sharing kesenangan rahmat Allah subhaanahu wa ta'aala berbarengan orang lain. Beliau tak pernah berpretensi kalau dianya semata yang memiliki hak masuk surga. Namun beliau ajak sebanyak-banyaknya manusia supaya bersama dirinya nikmati jannah.
" Sebenarnya sudah datang padamu seseorang rasul dari kaummu sendiri, berat merasa olehnya penderitaanmu, begitu inginkan (keimanan serta keselamatan) bagimu, sangat belas kasihan lagi penyayang pada beberapa orang mu'min. " (QS At-Taubah 128)
Sungguh, kita masihlah begitu jauh dari meneladani sikap beliau. Kita masihlah sangat ahli dalam memberi bermacam argumen untuk mengabaikan perintah Allah subhaanahu wa ta'aala, yaitu berda'wah mengajak manusia ke jalan lurus Al-Islam. Kita masihlah membiarkan diri jadi orang egois yang menginginkan masuk surga sendirian serta tak perduli dengan orang lain. Terlebih bila orang lain itu yaitu orang nonmuslim. Terkadang kita berasumsi " biarkanlah orang kaf!r masuk ner4ka. " Na'udzubillahi min dzaalika. Dengan dalih toleransi kita biarlah rekan kerja, tetangga bahkan juga saudara kita sendiri, yang kebetulan non-muslim, tetaplah hidup dalam kesesatan diluar agama Allah subhaanahu wa ta'aala.
Penulis teringat sepuluh th. waktu lalu berteman dengan seseorang muslim bule berkebangsaan Australia tinggal di Jakarta. Ketika itu ia mengemukakan pengalaman pribadinya. Ia berkata : “Sebelum masuk Islam, saya telah miliki banyak kenalan orang Indonesia… namun sayang, pak Ihsan, tak ada seseorangpun kawan saya waktu itu yang pernah mengajak saya masuk Islam. Saya masuk Islam, Alhamdulillah, lantaran saya suka membaca… sampai saya bersua dengan Al-Qur'an terjemahan bhs Inggris…lalu peroleh hidayah dari Allah subhaanahu wa ta'aala. "
Waktu itu penulis sekalipun tak mempunyai pretensi apa pun atas ungkapan si kawan muslim Australia itu. Tetapi sesudah ikuti perjalanan da'wah serta mencermati keadaan ummat Islam di negeri terkasih, pada akhirnya kami hingga disuatu rangkuman kalau apa yang dihadapi kawan bule itu bukanlah adalah satu masalah spesial. Nampaknya tersebut deskripsi biasanya keadaan kita ummat Islam di Indonesia dalam mensikapi orang diluar Islam. Kita tak pernah terfikir untuk mengajak mereka beriman bersama kita.
Sampai kini kita berasumsi kalau yang namanya aktivitas da'wah yaitu hanya aktivitas tausyiah antar sesama muslim. Tersebut penyebabnya apabila kata " da'wah " terdengar, jadi yang selekasnya terbayang yaitu aktivitas Khutbah Jum'at atau Tabligh Akbar atau Majelis Ta'lim di masjid. Walau sebenarnya semuanya aktivitas itu yaitu aktivitas penyampaian tausyiah dari seseorang muslim pada pendengar sesama muslim. Lantas bagaimana nasib beberapa orang diluar Islam? Apakah mereka tak memiliki hak terima nasehat serta ajakan ke jalan Allah subhaanahu wa ta'aala? Dimana bukti pernyataan kita kalau Nabi Muhammad shollallahu 'alaih wa sallam adalah teladan kita? Bila Nabi Muhammad shollallahu 'alaih wa sallam mempunyai ambisi paling utama menginginkan lihat manusia beriman supaya jadi selamat didunia serta di akhirat, lantas apa sebenarnya ambisi paling utama kita?
Walau sebenarnya ayat yang memerintahkan kita berda'wah berbentuk umum. Ia tak membatasi kita supaya cuma mengajak sesama muslim. Namun ia berbentuk terbuka. Berarti, sebaiknya siapa saja di muka bumi yang kita berinteraksi dengannya, jadi sebaiknya ia di ajak pada jalan al-haq (kebenaran) ini. Siapa saja memiliki hak rasakan manisnya iman-Islam seperti kita sampai kini merasakannya.
اد�'عُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِال�'حِك�'مَةِ وَال�'مَو�'عِظَةِ ال�'حَسَنَةِ وَجَادِل�'هُم�' بِالَّتِي هِيَ أَح�'سَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَع�'لَمُ بِمَن�' ضَلَّ عَن�' سَبِيلِهِ وَهُوَ أَع�'لَمُ بِال�'مُه�'تَدِينَ
" Serulah (manusia) pada jalan Rabb-mu dengan hikmah/arif-bijaksana/wisdom serta pelajaran yang baik serta bantahlah/beradu pendapatlah (dengan) mereka lewat cara yang baik. Sebenarnya Rabbmu Dialah yang lebih tahu mengenai siapa yang tersesat dari jalan-Nya serta Dialah yang lebih tahu beberapa orang yang memperoleh panduan. " (QS AnNahl ayat 125)
Sesudah kita ajak ke jalan Allah subhaanahu wa ta'aala, jadi bekasnya kita serahkan pada Allah. " Sebenarnya Rabbmu (Allah) lebih tahu mengenai siapa yang (akan tetaplah) terses4t dari jalan-Nya (sesudah di ajak) serta Dialah yang lebih tahu beberapa orang yang (layak) memperoleh panduan. "
eramuslim.
0 Komentar