Ia mulai dari tidak ada apa-apanya bekerja sebagai kuli bangunan sampai pada akhirnya sukses jadi kepala area. Lalu ia membuat tim pekerja sendiri yang pada akhirnya berkembang jadi satu perusahaan k0nstruksi.
Sang istri yang mengikuti pria ini mulai sejak kuli bangunan, makin hari terlihat makin tua. Badan yang dulunya l4ngs!ng, saat ini terlihat kasar berotot, kulit juga tidak sehalus dahulu. Dibanding dengan beribu wanita cantik diluar sana, ia terlihat sangat simpel serta pendiam.
Kemunculannya selalu mengingatkannya akan saat lalu yang sulit. Sang suami memikirkan, berikut waktunya pernikahan ini selesai. Ia menabungkan uang sebesar 1 miliar kedalam bank istrinya,
membeli juga baginya satu rumah di daerah kota. Ia merasa, ia tidaklah suami yang tidak berperasaan. Seumpamanya ia tidak menyiapkan bekal untuk hari tua istrinya, hatinya juga tidak tenang……
Pada akhirnya, ia juga ajukan tuntutan cerai pada istrinya. Sang istri duduk bertemu dengannya. Tanpa ada bicara sepatah katapun ia dengarkan alasan sang suami ajukan p3rcera!an.
Tatapannya terlihat masih teguh serta tenang. Saat hari sang istri pergi dari rumah pun tiba, sang suami membantunya memindahkan beberapa barang menuju tempat tinggal baru yang dibelikan oleh suaminya. Sekian pernikahan yang sudah di bangun selama hampir 20 th. lebih itu juga selesai demikian saja.
Selama pagi itu, hati sang suami sungguh tidak tenang. Menjelang siang, ia juga tergesa-gesa kembali pada rumah itu.
Tetapi ia merasakan rumah itu kosong, sang istri sudah pergi. Diatas meja tergeletak kunci rumah, buku tabungan diisi 1 miliar rupiah serta sepucuk surat yang ditulis oleh istrinya.
Saya pamit, pulang ke rumah orangtua saya. Semuanya selimut sudah dicuci bersih, dijemur dibawah matahari, kusimpan didalam kamar belakang, almari samping kiri. Janganlah lupa menggunakannya saat cuaca mulai dingin.
Sepatu kulitmu sudah kurawat semuanya, nanti apabila pada akhirnya mulai ada yang rusak, bawa ke toko sepatu di pojok jalan untuk diperbaiki.
Bajumu kugantung pada almari pakaian samping atas, kaos kaki, ikat pinggang kutaruh didalam laci kecil di samping bawah.
Sesudah saya pergi,
janganlah lupa meminum obat secara teratur. L.a.m.b.u.n.g.mu sering punya masalah. Saya sudah menitip teman membelikan obat cukup banyak untuk persediaanmu selama 1/2 th..
Oh ya, kamu sering sekali keluar rumah tanpa ada membawa kunci, jadi saya cetak 1 set kunci dan kutitipkan pada security di lantai bawah. Seumpamanya kamu lupa lagi membawa kunci, ambillah saja kepadanya. Ingat tutup pintu serta jendela sebelum pagi- pagi pergi kerja, bila tidak, air hujan bisa masuk mengakibatkan kerusakan lantai rumah.
Saya juga membikinkan p4ngs!t. Kutaruh di dapur. Sepulang dari kantor, kamu bisa memasaknya sendiri…
Tulisannya tidak baik, sulit di baca. Tetapi tiap-tiap huruf seperti s3l0ngs0ng peluru berisikan cinta tulus, yang dit3mb4kkan m3nghuj4m jauh ke dalaman u.l.u hatinya.
Ia melihat tiap-tiap p4ngs!t yang terbungkus rapi. Ia teringat 20 th. waktu lalu saat ia masihlah jadi seseorang kuli bangunan, teringat suara istrinya mem0t0ng sayur, menyiapkan pangsit di dapur, teringat begitu suara itu berikan melodi yang indah serta begitu bahagianya ia ketika itu.
Ia juga mendadak teringat janji yang disampaikannya waktu itu : “Saya harus berikan kebahagiaan untuk istri saya…” Detik itu juga ia lari secepat kilat selekasnya menyalakan mobilnya. 1/2 jam lalu, dengan bersimbah keringat, pada akhirnya ia temukan istrinya didalam kereta.
Dengan suara marah ia berkata, “Kamu ingin ke mana? Sepagian saya letih di kantor, pulang ke rumah sesuap nasi juga tidak bisa kutelan. Demikian langkahnya kamu jadi istri?
Keterlaluan! Cepat ikut saya pulang! ” Mata sang istri berkaca-kaca, dengan patuh ia juga berdiri ikuti sang suami dari belakang. Mereka juga pulang. Perlahan-lahan, air mata sang istri beralih jadi senyum bahagia….
Ia tidak tahu kalau sang suami yang jalan di depannya sudah menangis sedemikian rupa. Dalam perjalanan sang suami lari dari rumah ke stasiun kereta, ia demikian takut.. Ia takut tidak berhasil temukan istrinya, ia begitu takut kehilangan dia.
Ia menyesali dirinya kenapa dirinya demikian bodoh sampai akan mengusir wanita yang demikian ia cintai. Kehidupan pernikahan selama 20 th. ini nyatanya sudah mengikat erat-erat mereka berdua jadi satu.
Kekayaan yang sesungguhnya tidaklah terdapat pada angka didalam buku tabungan, tetapi terdapat pada senyuman bahagia di wajah anda.
Sang istri yang mengikuti pria ini mulai sejak kuli bangunan, makin hari terlihat makin tua. Badan yang dulunya l4ngs!ng, saat ini terlihat kasar berotot, kulit juga tidak sehalus dahulu. Dibanding dengan beribu wanita cantik diluar sana, ia terlihat sangat simpel serta pendiam.
Kemunculannya selalu mengingatkannya akan saat lalu yang sulit. Sang suami memikirkan, berikut waktunya pernikahan ini selesai. Ia menabungkan uang sebesar 1 miliar kedalam bank istrinya,
membeli juga baginya satu rumah di daerah kota. Ia merasa, ia tidaklah suami yang tidak berperasaan. Seumpamanya ia tidak menyiapkan bekal untuk hari tua istrinya, hatinya juga tidak tenang……
Pada akhirnya, ia juga ajukan tuntutan cerai pada istrinya. Sang istri duduk bertemu dengannya. Tanpa ada bicara sepatah katapun ia dengarkan alasan sang suami ajukan p3rcera!an.
Tatapannya terlihat masih teguh serta tenang. Saat hari sang istri pergi dari rumah pun tiba, sang suami membantunya memindahkan beberapa barang menuju tempat tinggal baru yang dibelikan oleh suaminya. Sekian pernikahan yang sudah di bangun selama hampir 20 th. lebih itu juga selesai demikian saja.
Selama pagi itu, hati sang suami sungguh tidak tenang. Menjelang siang, ia juga tergesa-gesa kembali pada rumah itu.
Tetapi ia merasakan rumah itu kosong, sang istri sudah pergi. Diatas meja tergeletak kunci rumah, buku tabungan diisi 1 miliar rupiah serta sepucuk surat yang ditulis oleh istrinya.
Saya pamit, pulang ke rumah orangtua saya. Semuanya selimut sudah dicuci bersih, dijemur dibawah matahari, kusimpan didalam kamar belakang, almari samping kiri. Janganlah lupa menggunakannya saat cuaca mulai dingin.
Sepatu kulitmu sudah kurawat semuanya, nanti apabila pada akhirnya mulai ada yang rusak, bawa ke toko sepatu di pojok jalan untuk diperbaiki.
Bajumu kugantung pada almari pakaian samping atas, kaos kaki, ikat pinggang kutaruh didalam laci kecil di samping bawah.
Sesudah saya pergi,
janganlah lupa meminum obat secara teratur. L.a.m.b.u.n.g.mu sering punya masalah. Saya sudah menitip teman membelikan obat cukup banyak untuk persediaanmu selama 1/2 th..
Oh ya, kamu sering sekali keluar rumah tanpa ada membawa kunci, jadi saya cetak 1 set kunci dan kutitipkan pada security di lantai bawah. Seumpamanya kamu lupa lagi membawa kunci, ambillah saja kepadanya. Ingat tutup pintu serta jendela sebelum pagi- pagi pergi kerja, bila tidak, air hujan bisa masuk mengakibatkan kerusakan lantai rumah.
Saya juga membikinkan p4ngs!t. Kutaruh di dapur. Sepulang dari kantor, kamu bisa memasaknya sendiri…
Tulisannya tidak baik, sulit di baca. Tetapi tiap-tiap huruf seperti s3l0ngs0ng peluru berisikan cinta tulus, yang dit3mb4kkan m3nghuj4m jauh ke dalaman u.l.u hatinya.
Ia melihat tiap-tiap p4ngs!t yang terbungkus rapi. Ia teringat 20 th. waktu lalu saat ia masihlah jadi seseorang kuli bangunan, teringat suara istrinya mem0t0ng sayur, menyiapkan pangsit di dapur, teringat begitu suara itu berikan melodi yang indah serta begitu bahagianya ia ketika itu.
Ia juga mendadak teringat janji yang disampaikannya waktu itu : “Saya harus berikan kebahagiaan untuk istri saya…” Detik itu juga ia lari secepat kilat selekasnya menyalakan mobilnya. 1/2 jam lalu, dengan bersimbah keringat, pada akhirnya ia temukan istrinya didalam kereta.
Dengan suara marah ia berkata, “Kamu ingin ke mana? Sepagian saya letih di kantor, pulang ke rumah sesuap nasi juga tidak bisa kutelan. Demikian langkahnya kamu jadi istri?
Keterlaluan! Cepat ikut saya pulang! ” Mata sang istri berkaca-kaca, dengan patuh ia juga berdiri ikuti sang suami dari belakang. Mereka juga pulang. Perlahan-lahan, air mata sang istri beralih jadi senyum bahagia….
Ia tidak tahu kalau sang suami yang jalan di depannya sudah menangis sedemikian rupa. Dalam perjalanan sang suami lari dari rumah ke stasiun kereta, ia demikian takut.. Ia takut tidak berhasil temukan istrinya, ia begitu takut kehilangan dia.
Ia menyesali dirinya kenapa dirinya demikian bodoh sampai akan mengusir wanita yang demikian ia cintai. Kehidupan pernikahan selama 20 th. ini nyatanya sudah mengikat erat-erat mereka berdua jadi satu.
Kekayaan yang sesungguhnya tidaklah terdapat pada angka didalam buku tabungan, tetapi terdapat pada senyuman bahagia di wajah anda.
Ia mulai dari tidak ada apa-apanya bekerja sebagai kuli bangunan sampai pada akhirnya sukses jadi kepala area. Lalu ia membuat tim pekerja sendiri yang pada akhirnya berkembang jadi satu perusahaan k0nstruksi.
Sang istri yang mengikuti pria ini mulai sejak kuli bangunan, makin hari terlihat makin tua. Badan yang dulunya l4ngs!ng, saat ini terlihat kasar berotot, kulit juga tidak sehalus dahulu. Dibanding dengan beribu wanita cantik diluar sana, ia terlihat sangat simpel serta pendiam.
Kemunculannya selalu mengingatkannya akan saat lalu yang sulit. Sang suami memikirkan, berikut waktunya pernikahan ini selesai. Ia menabungkan uang sebesar 1 miliar kedalam bank istrinya,
membeli juga baginya satu rumah di daerah kota. Ia merasa, ia tidaklah suami yang tidak berperasaan. Seumpamanya ia tidak menyiapkan bekal untuk hari tua istrinya, hatinya juga tidak tenang……
Pada akhirnya, ia juga ajukan tuntutan cerai pada istrinya. Sang istri duduk bertemu dengannya. Tanpa ada bicara sepatah katapun ia dengarkan alasan sang suami ajukan p3rcera!an.
Tatapannya terlihat masih teguh serta tenang. Saat hari sang istri pergi dari rumah pun tiba, sang suami membantunya memindahkan beberapa barang menuju tempat tinggal baru yang dibelikan oleh suaminya. Sekian pernikahan yang sudah di bangun selama hampir 20 th. lebih itu juga selesai demikian saja.
Selama pagi itu, hati sang suami sungguh tidak tenang. Menjelang siang, ia juga tergesa-gesa kembali pada rumah itu.
Tetapi ia merasakan rumah itu kosong, sang istri sudah pergi. Diatas meja tergeletak kunci rumah, buku tabungan diisi 1 miliar rupiah serta sepucuk surat yang ditulis oleh istrinya.
Saya pamit, pulang ke rumah orangtua saya. Semuanya selimut sudah dicuci bersih, dijemur dibawah matahari, kusimpan didalam kamar belakang, almari samping kiri. Janganlah lupa menggunakannya saat cuaca mulai dingin.
Sepatu kulitmu sudah kurawat semuanya, nanti apabila pada akhirnya mulai ada yang rusak, bawa ke toko sepatu di pojok jalan untuk diperbaiki.
Bajumu kugantung pada almari pakaian samping atas, kaos kaki, ikat pinggang kutaruh didalam laci kecil di samping bawah.
Sesudah saya pergi,
janganlah lupa meminum obat secara teratur. L.a.m.b.u.n.g.mu sering punya masalah. Saya sudah menitip teman membelikan obat cukup banyak untuk persediaanmu selama 1/2 th..
Oh ya, kamu sering sekali keluar rumah tanpa ada membawa kunci, jadi saya cetak 1 set kunci dan kutitipkan pada security di lantai bawah. Seumpamanya kamu lupa lagi membawa kunci, ambillah saja kepadanya. Ingat tutup pintu serta jendela sebelum pagi- pagi pergi kerja, bila tidak, air hujan bisa masuk mengakibatkan kerusakan lantai rumah.
Saya juga membikinkan p4ngs!t. Kutaruh di dapur. Sepulang dari kantor, kamu bisa memasaknya sendiri…
Tulisannya tidak baik, sulit di baca. Tetapi tiap-tiap huruf seperti s3l0ngs0ng peluru berisikan cinta tulus, yang dit3mb4kkan m3nghuj4m jauh ke dalaman u.l.u hatinya.
Ia melihat tiap-tiap p4ngs!t yang terbungkus rapi. Ia teringat 20 th. waktu lalu saat ia masihlah jadi seseorang kuli bangunan, teringat suara istrinya mem0t0ng sayur, menyiapkan pangsit di dapur, teringat begitu suara itu berikan melodi yang indah serta begitu bahagianya ia ketika itu.
Ia juga mendadak teringat janji yang disampaikannya waktu itu : “Saya harus berikan kebahagiaan untuk istri saya…” Detik itu juga ia lari secepat kilat selekasnya menyalakan mobilnya. 1/2 jam lalu, dengan bersimbah keringat, pada akhirnya ia temukan istrinya didalam kereta.
Dengan suara marah ia berkata, “Kamu ingin ke mana? Sepagian saya letih di kantor, pulang ke rumah sesuap nasi juga tidak bisa kutelan. Demikian langkahnya kamu jadi istri?
Keterlaluan! Cepat ikut saya pulang! ” Mata sang istri berkaca-kaca, dengan patuh ia juga berdiri ikuti sang suami dari belakang. Mereka juga pulang. Perlahan-lahan, air mata sang istri beralih jadi senyum bahagia….
Ia tidak tahu kalau sang suami yang jalan di depannya sudah menangis sedemikian rupa. Dalam perjalanan sang suami lari dari rumah ke stasiun kereta, ia demikian takut.. Ia takut tidak berhasil temukan istrinya, ia begitu takut kehilangan dia.
Ia menyesali dirinya kenapa dirinya demikian bodoh sampai akan mengusir wanita yang demikian ia cintai. Kehidupan pernikahan selama 20 th. ini nyatanya sudah mengikat erat-erat mereka berdua jadi satu.
Kekayaan yang sesungguhnya tidaklah terdapat pada angka didalam buku tabungan, tetapi terdapat pada senyuman bahagia di wajah anda.
Sang istri yang mengikuti pria ini mulai sejak kuli bangunan, makin hari terlihat makin tua. Badan yang dulunya l4ngs!ng, saat ini terlihat kasar berotot, kulit juga tidak sehalus dahulu. Dibanding dengan beribu wanita cantik diluar sana, ia terlihat sangat simpel serta pendiam.
Kemunculannya selalu mengingatkannya akan saat lalu yang sulit. Sang suami memikirkan, berikut waktunya pernikahan ini selesai. Ia menabungkan uang sebesar 1 miliar kedalam bank istrinya,
membeli juga baginya satu rumah di daerah kota. Ia merasa, ia tidaklah suami yang tidak berperasaan. Seumpamanya ia tidak menyiapkan bekal untuk hari tua istrinya, hatinya juga tidak tenang……
Pada akhirnya, ia juga ajukan tuntutan cerai pada istrinya. Sang istri duduk bertemu dengannya. Tanpa ada bicara sepatah katapun ia dengarkan alasan sang suami ajukan p3rcera!an.
Tatapannya terlihat masih teguh serta tenang. Saat hari sang istri pergi dari rumah pun tiba, sang suami membantunya memindahkan beberapa barang menuju tempat tinggal baru yang dibelikan oleh suaminya. Sekian pernikahan yang sudah di bangun selama hampir 20 th. lebih itu juga selesai demikian saja.
Selama pagi itu, hati sang suami sungguh tidak tenang. Menjelang siang, ia juga tergesa-gesa kembali pada rumah itu.
Tetapi ia merasakan rumah itu kosong, sang istri sudah pergi. Diatas meja tergeletak kunci rumah, buku tabungan diisi 1 miliar rupiah serta sepucuk surat yang ditulis oleh istrinya.
Saya pamit, pulang ke rumah orangtua saya. Semuanya selimut sudah dicuci bersih, dijemur dibawah matahari, kusimpan didalam kamar belakang, almari samping kiri. Janganlah lupa menggunakannya saat cuaca mulai dingin.
Sepatu kulitmu sudah kurawat semuanya, nanti apabila pada akhirnya mulai ada yang rusak, bawa ke toko sepatu di pojok jalan untuk diperbaiki.
Bajumu kugantung pada almari pakaian samping atas, kaos kaki, ikat pinggang kutaruh didalam laci kecil di samping bawah.
Sesudah saya pergi,
janganlah lupa meminum obat secara teratur. L.a.m.b.u.n.g.mu sering punya masalah. Saya sudah menitip teman membelikan obat cukup banyak untuk persediaanmu selama 1/2 th..
Oh ya, kamu sering sekali keluar rumah tanpa ada membawa kunci, jadi saya cetak 1 set kunci dan kutitipkan pada security di lantai bawah. Seumpamanya kamu lupa lagi membawa kunci, ambillah saja kepadanya. Ingat tutup pintu serta jendela sebelum pagi- pagi pergi kerja, bila tidak, air hujan bisa masuk mengakibatkan kerusakan lantai rumah.
Saya juga membikinkan p4ngs!t. Kutaruh di dapur. Sepulang dari kantor, kamu bisa memasaknya sendiri…
Tulisannya tidak baik, sulit di baca. Tetapi tiap-tiap huruf seperti s3l0ngs0ng peluru berisikan cinta tulus, yang dit3mb4kkan m3nghuj4m jauh ke dalaman u.l.u hatinya.
Ia melihat tiap-tiap p4ngs!t yang terbungkus rapi. Ia teringat 20 th. waktu lalu saat ia masihlah jadi seseorang kuli bangunan, teringat suara istrinya mem0t0ng sayur, menyiapkan pangsit di dapur, teringat begitu suara itu berikan melodi yang indah serta begitu bahagianya ia ketika itu.
Ia juga mendadak teringat janji yang disampaikannya waktu itu : “Saya harus berikan kebahagiaan untuk istri saya…” Detik itu juga ia lari secepat kilat selekasnya menyalakan mobilnya. 1/2 jam lalu, dengan bersimbah keringat, pada akhirnya ia temukan istrinya didalam kereta.
Dengan suara marah ia berkata, “Kamu ingin ke mana? Sepagian saya letih di kantor, pulang ke rumah sesuap nasi juga tidak bisa kutelan. Demikian langkahnya kamu jadi istri?
Keterlaluan! Cepat ikut saya pulang! ” Mata sang istri berkaca-kaca, dengan patuh ia juga berdiri ikuti sang suami dari belakang. Mereka juga pulang. Perlahan-lahan, air mata sang istri beralih jadi senyum bahagia….
Ia tidak tahu kalau sang suami yang jalan di depannya sudah menangis sedemikian rupa. Dalam perjalanan sang suami lari dari rumah ke stasiun kereta, ia demikian takut.. Ia takut tidak berhasil temukan istrinya, ia begitu takut kehilangan dia.
Ia menyesali dirinya kenapa dirinya demikian bodoh sampai akan mengusir wanita yang demikian ia cintai. Kehidupan pernikahan selama 20 th. ini nyatanya sudah mengikat erat-erat mereka berdua jadi satu.
Kekayaan yang sesungguhnya tidaklah terdapat pada angka didalam buku tabungan, tetapi terdapat pada senyuman bahagia di wajah anda.
0 Komentar